2.1
POTENSI SUMBER DAYA ALAM
Sumber Daya Mineral dan Energi NTB
Berdasarkan tatanan geologi Indonesia, posisi NTB terletak pada pertemuan dua lempeng besar (Lempeng Hindia-Australia dan Lempeng Eurasia) yang berinteraksi dan saling berbenturan. Batas kedua lempeng ini merupakan daerah yang sangat labil, karena di tempat ini tertumpuk energi yang sangat besar dan sewaktu-waktu dapat terlepas dalam bentuk gempabumi, letusan gunung api, dan tanah longsor yang ditandai dengan munculnya gunung api aktif dan kegempaan yang tinggi.
Disamping mempunyai potensi bencana, pada daerah pertemuan kedua lempeng ini dihasilkan juga kondisi Geologi yang sangat bermanfaat, yaitu terbentuknya potensi sumber daya mineral dan energi, dan potensi bentang alam yang sangat potensial, dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat.
Kondisi Geologi NTB
Kondisi geologi wilayah NTB dengan batuan tertua berumur Tersier dan yang termuda berumur Kuarter, didominasi oleh Batuan Gunungapi serta Aluvium (resent). Batuan Tersier di Pulau Lombok terdiri dari perselingan batupasir kuarsa, batulempung, breksi, lava, tufa dengan lensa-lensa batugamping, batugamping dan dasit. Sedangkan di Pulau Sumbawa terdiri dari lava, breksi, tufa, andesit, batupasir tufaan, batulempung, dasit, tonalit, tufa dasitan, batugamping berlapis, batugamping tufaan dan lempung tufaan. Batuan Kuarter di Pulau Lombok terdiri dari perselingan breksi gampingan dan lava, breksi, lava, tufa, batuapung dan breksi lahar. Sedangkan di Pulau Sumbawa terdiri dari terumbu koral terangkat, epiklastik (konglomerat), hasil gunungapi tanah merah, gunungapi tua, gunungapi Sangiang, gunungapi Tambora, gunungapi muda dan batugamping koral. Aluvium dan endapan pantai cukup luas terdapat di Pulau Sumbawa dan Lombok.
2.2 POTENSI SUMBER DAYA MINERAL DAN ENERGI
2.2.1 POTENSI SUMBER DAYA MINERAL
Keberadaan sumber daya mineral golongan A (strategis) berupa minyak dan gas bumi diperkirakan di lepas pantai utara Pulau Lombok, masih dilakukan penyelidikan dan telah pula dilakukan pemboran eksplorasi oleh perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA), namun belum diketahui tingkat keterdapatannya.
Gambar 2.1: Peta Penyebaran/Trend
Cekungan Hidrokarbon di lepas pantai utara Pulau Lombok (Pertamina)
Dari hasil penyelidikan pendahuluan dan rinci sumber daya mineral golongan B (vital) telah ditemukan berupa : logam mulia (emas dan perak), logam dasar (timbal dan tembaga), logam besi serta mineral industri (belerang). Emas, perak dan tembaga merupakan endapan hidrothermal dengan indikasi berupa urat-urat kwarsa dengan ketebalan bervariasi, serta type pofiri. Indikasi adanya emas, perak dan tembaga ini hampir di seluruh wilayah Sumbawa bagian barat. Cebakan emas dan tembaga tipe porfiri dijumpai di lokasi Batu Hijau, Dusun Tongo Desa Sekongkang Kecamatan Jereweh Kabupaten Sumbawa Barat. Kini sedang dilakukan tahap eksplorasi/produksi bahan galian golongan B berupa tembaga dan emas dan telah diketahui jumlah cadangan yang potensial.
Bahan galian golongan C (non strategis/non vital) yang telah dan masih dieksploitasi adalah batu bangunan, tanah liat, tanah urug, pasir/sirtu, batugamping dan batuapung. Bahan galian tersebut sebagian besar digunakan sebagai bahan bangunan dan konstruksi jalan, kecuali batuapung telah dikirim ke luar daerah sebagai komoditi ekspor.
Dari hasil penyelidikan pendahuluan dan rinci sumber daya mineral golongan B (vital) telah ditemukan berupa : logam mulia (emas dan perak), logam dasar (timbal dan tembaga), logam besi serta mineral industri (belerang). Emas, perak dan tembaga merupakan endapan hidrothermal dengan indikasi berupa urat-urat kwarsa dengan ketebalan bervariasi, serta type pofiri. Indikasi adanya emas, perak dan tembaga ini hampir di seluruh wilayah Sumbawa bagian barat. Cebakan emas dan tembaga tipe porfiri dijumpai di lokasi Batu Hijau, Dusun Tongo Desa Sekongkang Kecamatan Jereweh Kabupaten Sumbawa Barat. Kini sedang dilakukan tahap eksplorasi/produksi bahan galian golongan B berupa tembaga dan emas dan telah diketahui jumlah cadangan yang potensial.
Bahan galian golongan C (non strategis/non vital) yang telah dan masih dieksploitasi adalah batu bangunan, tanah liat, tanah urug, pasir/sirtu, batugamping dan batuapung. Bahan galian tersebut sebagian besar digunakan sebagai bahan bangunan dan konstruksi jalan, kecuali batuapung telah dikirim ke luar daerah sebagai komoditi ekspor.
Potensi Mineral Logam
Potensi sumber daya dan cadangan logam
emas dan tembaga ditemukan di daerah Batu Hijau dan Dodo-Elang (Sumbawa), pasir
besi di area pesisir Labuhan Haji (Lombok Timur) dan Tawun (Lombok Barat).
Keberadaan pasir besi juga terdapat di pesisir Sangiang Darat, Sowa, Tololai
dan Pantai Selatan Pulau Sumbawa. Untuk lengkapnya dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2.1 : Jumlah Potensi Sumber
daya Mineral Logam di NTB
Jenis
Mineral |
Lokasi
|
Kabupaten/Kota
|
Cadangan
(Ton) |
Luas
(Ha) |
Kelas
Cadangan
|
Emas (Au)
|
1.Pelangan(Tembowong)
2. Pelangan Simba 3. Dodo 4. Batuhijau 5. Sori Pesa |
Lombok Barat
Lombok Barat Sumbawa Sumbawa Bima |
1,395
0,291 1,671 353,808 0,390 |
75,00
75,00 200,00 200,00 1,00 |
Hipotetik Hipotetik
Tereka Terukur Tereka |
Jumlah
|
357,501
|
551,00
|
|||
Perak (Ag)
|
1. Sori Pesa
2. Batu Hijau |
Bima
Sumbawa |
3,900
708,738 |
1,00
20,00 |
Terukur
|
Jumlah / Total
|
712,638
|
21,00
|
|||
Tembaga (Cu)
|
1. Batu Hijau
|
Sumbawa
|
4.700.000
|
200,00
|
Terukur
|
Jumlah / Total
|
4.700.000
|
200,00
|
|||
Pasir Besi (Fe)
|
1. Pantai Labuhan Haji
2. Labuhan Gudang Alas 3. Pantai Tolokalo 4. Pantai Sanggar 5. Pantai Sowa 6. Pantai Tololai 7. Pantai Sangiang Barat 8. Pantai Wawu 9. Pantai Totonaro 10.Pantai Lere |
Lombok Timur
Sumbawa Dompu Bima Bima Bima Bima Bima Bima Bima |
200,00
100,00 2.745,40 1.328,15 2.025,38 319,81 4.817,40 1.625,80 3.885,00 37,29 |
20,00
3,00 1,25 0,65 0,31 0,89 1,40 0,80 13,00 0,04 |
Hipotetik
Hipotetik Hipotetik Hipotetik Hipotetik Tereka Hipotetik Tereka Terukur Tereka |
Jumlah / Total
|
17.064,23
|
29,34
|
|||
Timbal (Pb)
|
1. Lentek, Rambitan
|
Lombok Tengah
|
2.450.000
|
2,00
|
Terukur
|
Jumlah / Total
|
2.450.000
|
2,00
|
Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTB
Kemungkinan Pengembangannya
Komoditi yang akan dikembangkan
adalah mineral emas dan tembaga dengan tipe porfiri di Dodo-Elang dan Emas tipe
sulfidasi epithermal di Pelangan.
Tembaga
Endapan bahan galian tembaga yang terdapat di Batu Hijau saat ini sedang ditambang oleh PMA. Potensi sumber daya yang telah diketahui sebanyak 930.000.000 ton bijih dengan kadar 0,54% Cu atau setara dengan 5.020.000 ton tembaga.
Endapan bahan galian tembaga yang terdapat di Batu Hijau saat ini sedang ditambang oleh PMA. Potensi sumber daya yang telah diketahui sebanyak 930.000.000 ton bijih dengan kadar 0,54% Cu atau setara dengan 5.020.000 ton tembaga.
Emas
Bahan galian emas sebagai mineral ikutan dari tambang tembaga diusahakan oleh PMA di daerah Batu Hijau. Sedangkan lima daerah prospek lainnya yaitu Dodo-Elang, Rinti, Lunyuk Utara, Teluk Panas di Pulau Sumbawa dan Sekotong di Pulau Lombok dapat dikembangkan di masa mendatang. Secara umum endapan emas di daerah ini terdiri dari dua tipe yaitu sebagai urat dan porpiri. Potensi sumber daya endapan emas yang telah diketahui secara keseluruhan adalah dengan kadar rata-rata 0,14 g/t Au atau setara dengan 377 ton emas.
Bahan galian emas sebagai mineral ikutan dari tambang tembaga diusahakan oleh PMA di daerah Batu Hijau. Sedangkan lima daerah prospek lainnya yaitu Dodo-Elang, Rinti, Lunyuk Utara, Teluk Panas di Pulau Sumbawa dan Sekotong di Pulau Lombok dapat dikembangkan di masa mendatang. Secara umum endapan emas di daerah ini terdiri dari dua tipe yaitu sebagai urat dan porpiri. Potensi sumber daya endapan emas yang telah diketahui secara keseluruhan adalah dengan kadar rata-rata 0,14 g/t Au atau setara dengan 377 ton emas.
Timbal
Endapan timbal tipe hidrotermal terdapat di daerah Senggoro, Kecamatan Plampang, Kabupaten Sumbawa dengan kadar dalam batuan 0,5% Pb dan 1,60 g/t Pb.
Endapan timbal tipe hidrotermal terdapat di daerah Senggoro, Kecamatan Plampang, Kabupaten Sumbawa dengan kadar dalam batuan 0,5% Pb dan 1,60 g/t Pb.
Pasir Besi
Endapan pasir besi terdapat di Kabupaten Lombok Barat dan Bima. Bahan galian berupa endapan rombakan pantai dengan lapisan tipis. Potensi sumber daya yang telah diketahui sebanyak 4.295 ton. Sebaran endapan pasir besi ini terdapat antara lain di daerah pantai Sangiang, pantai Sowa, pantai Wisata, Kecamatan Wera, Kabupaten Bima dan Tawun, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat.
Endapan pasir besi terdapat di Kabupaten Lombok Barat dan Bima. Bahan galian berupa endapan rombakan pantai dengan lapisan tipis. Potensi sumber daya yang telah diketahui sebanyak 4.295 ton. Sebaran endapan pasir besi ini terdapat antara lain di daerah pantai Sangiang, pantai Sowa, pantai Wisata, Kecamatan Wera, Kabupaten Bima dan Tawun, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat.
Perak
Endapan bahan galian perak umumnya merupakan mineral ikutan dengan endapan emas, banyak ditemukan di Kabupaten Sumbawa dalam bentuk urat kwarsa dan stockwork tipe epithermal dengan kadar perak dalam batuan termineralisasi berkisar antara 5-66 g/t Ag. Endapan perak yang berasosiasi dengan emas dan air raksa dengan kadar 22-31 g/t Ag, ditemukan di Brang Air Panas, Kecamatan Lunyuk, Kabupaten Sumbawa.
Endapan bahan galian perak umumnya merupakan mineral ikutan dengan endapan emas, banyak ditemukan di Kabupaten Sumbawa dalam bentuk urat kwarsa dan stockwork tipe epithermal dengan kadar perak dalam batuan termineralisasi berkisar antara 5-66 g/t Ag. Endapan perak yang berasosiasi dengan emas dan air raksa dengan kadar 22-31 g/t Ag, ditemukan di Brang Air Panas, Kecamatan Lunyuk, Kabupaten Sumbawa.
Kemungkinan Pengembangannya
Komoditi yang akan dikembangkan adalah mineral emas dan tembaga dengan tipe porfiri di Dodo-Elang dan Emas tipe sulfidasi epithermal di Pelangan.
Komoditi yang akan dikembangkan adalah mineral emas dan tembaga dengan tipe porfiri di Dodo-Elang dan Emas tipe sulfidasi epithermal di Pelangan.
Jenis komoditi mineral non logam
(mineral industri) yang terdapat di NTB yaitu :
bahan galian Golongan Non Logam terdapat sebanyak 34 jenis bahan galian, sampai saat ini yang dapat diketahui keterdapatannya 22 komoditi dengan klasifikasi cadangan yang bervariasi dari hipotetik hingga terindikasi. Untuk itu masih diperlukan penyelidikan lebih lanjut agar diperoleh data yang lebih akurat disamping ditemukannya komoditi baru.
Penambangan/ekploitasi bahan galian golongan Non Logam : Batuapung, Batu Bangunan, Sirtu, Batu Kapur, Tanah Liat dan lainnya, pada umumnya dilakukan oleh perorangan secara tradisional dengan skala kecil pada lokasi yang terpencar tanpa dilengkapi dengan Surat Ijin Penambangan Daerah (SIPD), sehingga menimbulkan kerusakan lahan yang cukup luas dan untuk reklamasinya memerlukan dana yang tidak kecil dan cukup lama. Hal ini mengakibatkan kesulitan diperolehnya data produksi yang akurat disamping terpencarnya kerusakan lingkungan pada beberapa lokasi yang harus direklamasi sesuai peruntukan lahan berdasarkan Rencana Tata Ruang.
bahan galian Golongan Non Logam terdapat sebanyak 34 jenis bahan galian, sampai saat ini yang dapat diketahui keterdapatannya 22 komoditi dengan klasifikasi cadangan yang bervariasi dari hipotetik hingga terindikasi. Untuk itu masih diperlukan penyelidikan lebih lanjut agar diperoleh data yang lebih akurat disamping ditemukannya komoditi baru.
Penambangan/ekploitasi bahan galian golongan Non Logam : Batuapung, Batu Bangunan, Sirtu, Batu Kapur, Tanah Liat dan lainnya, pada umumnya dilakukan oleh perorangan secara tradisional dengan skala kecil pada lokasi yang terpencar tanpa dilengkapi dengan Surat Ijin Penambangan Daerah (SIPD), sehingga menimbulkan kerusakan lahan yang cukup luas dan untuk reklamasinya memerlukan dana yang tidak kecil dan cukup lama. Hal ini mengakibatkan kesulitan diperolehnya data produksi yang akurat disamping terpencarnya kerusakan lingkungan pada beberapa lokasi yang harus direklamasi sesuai peruntukan lahan berdasarkan Rencana Tata Ruang.
Kemungkinan Pengembangannya
Terbatasnya sarana/prasarana teknis baik berupa peralatan laboratorium, peralatan pemetaan dan pembuatan peta sehingga data kualitas bahan galian maupun penyiapan peta belum dapat dilaksanakan secara cepat dan tepat waktu.
Tabel 2.2: Potensi Mineral Non Logam di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Terbatasnya sarana/prasarana teknis baik berupa peralatan laboratorium, peralatan pemetaan dan pembuatan peta sehingga data kualitas bahan galian maupun penyiapan peta belum dapat dilaksanakan secara cepat dan tepat waktu.
Tabel 2.2: Potensi Mineral Non Logam di Provinsi Nusa Tenggara Barat
No
|
Komoditas
|
Tingkat
Penyelidikan
|
Sumber
Daya
|
Keterangan
|
|
Jumlah
(Ton)
|
Klasifikasi
|
||||
1.
|
Andesit
|
Prospek
Pengamatan Pendahuluan Detail |
1.800.00
49.040.00 1.024.001.554 235.051.000 |
Spekulatif
Hipotetik Memungkinkan Terbukti |
Merupakan Lava dan breksi ulkanik
|
2
|
Batuapung
|
Prospection
|
96.013.000
|
spekulatif
|
Batuapung yang memiliki kandungan
60,91% SiO 2
|
3
|
Batugamping
|
Prospek
Pengamatan Pendahuluan |
596.806.550
341.711.000 127.612.500 |
spekulatif
Hipotetik Hipotetik |
Bahan dasar Kalsium
Karbonat(CaC0 3) |
4
|
Belerang
|
Pengamatan
|
275
|
Hipotetik
|
Lempung pengotor
|
5
|
Bentonit
|
Pengamatan
|
118.878.000
|
Hipotetik
|
-
|
6
|
Dasit
|
Pendahuluan
|
404.880.000
|
Hipotetik
|
Material bangunan, agregat beton.
|
7
|
Diorit
|
Pendahuluan
Pengamatan |
1.587.000
117.851.000 |
Hipotetik
Hipotetik |
Putih terang, kekuningan dan putih
kecoklatan
|
8
|
Kalsedon
|
Pengamatan
Detail Expl. |
37.700
36.000 |
Hipotetik
Terbukti |
Putih kekuningan dan putih
kecoklatan
|
9
|
Kaolin
|
Pengamatan
|
6.016.000
|
Hipotetik
|
Mengandung senyawa SiO 2 :7,35%,
Al 2 O 3 : 9,83%, Fe 2 O 2 :14,97%
|
10
|
Lempung
|
Pengamatan
Pendahuluan |
497.279.000
9.302.900 |
Hipotetik
Memungkinkan |
SiO2:19,52-60,72%:Al2O3:7,74-23,35%,
|
11
|
Marmer
|
Pengamatan
Pendahuluan Eksplorasi Datail |
33.021.500
1.336.626.000 36.726.000 |
Hipotetik
Memungkinkan Terbukti |
Marmer dengan kuat tekan 600-800
kg/cm 2
Gamping kristalin dgn Kuat tekan 836 kg/cm 2, untuk exterior & interior |
12
|
Oker
|
Pendahuluan
|
45.000
|
Memungkinkan
|
Batuan vulkanik beku, kuning
kemerahan
|
13
|
Pasir
|
Pengamatan
Pendahuluan Prospek |
80.000
600.000 5.568.000 |
Hipotetik
Spekulatif Spekulatif |
Bercampur
batuapung
- - |
14
|
Pasir kwarsa
|
Pengamatan
|
83.000
|
Hipotetik
|
-
|
15
|
Perlit
|
Pendahuluan
|
8.000
|
Possible
|
kehijauan transparan
|
16
|
Pirofilit
|
Pengamatan
|
84.332.000
|
Hipotetik
|
-
|
17
|
Sirtu
|
Pengamatan
Prospek Eksplorasi Datail |
3.309.981
2.230.000 75.000 |
Hipotetik
Spekulatif Terbukti |
Kerikil
pasiran berukuran alluvium
- |
18
|
Toseki
|
Pengamatan
Pendahuluan |
564.00
468.000 |
Hipotetik
Hipotetik |
Tuff Hasil rombakan alterasi
Hidrothermal, Putih kekuningan.
|
19
|
Trash
|
Eksplorasi Datail
|
506.00
2.128.300 |
Terbukti
Spekulatif |
Berkualitas bagus dgn kuat tekan
2.97-7,7 kg/cm 2, dan 20,7-35 kg/cm 2,
|
Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi NTB, 2003
Belum seluruh Pemerintah Daerah
Kabupaten terbentuk Dinas Pertambangan, disamping itu terbatasnya tenaga yang
mempunyai pengetahuan di bidang Geologi dan Pertambangan pada Pemerintah
Daerah, sehingga keterlibatan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan
data potensi maupun pemanfaatan bahan galian golongan C yang belum terjangkau
oleh kegiatan inventarisasi bahan golongan C oleh Dinas Pertambangan Provinsi
NTB sampai saat ini masih jauh dari yang diharapkan.
Jenis komoditi mineral non logam
(mineral industri) yang terdapat di NTB yaitu :
Sirtu
Endapan Sirtu tersebar di beberapa daerah kecamatan antara lain Ampenan Kota Mataram; Narmada, Labuapi, Gunungsari, Gerung Kabupaten Lombok Barat; Batukliang, Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah; Aikmel, Selong, Sakra Kabupaten Lombok Timur; Alas, Taliwang, Moyo Hilir, Lape Lopok, Lenangguar, Plampang Kabupaten Sumbawa; Jereweh Kabupaten Sumbawa Barat; Dompu, Hu’u, Kempo Kabupaten Dompu; Wera, Sape, Monta Kabupaten Bima; dan RasanaE Kota Bima. Potensi sumber daya secara keseluruhan 22.303.200 ton. Pemanfaatan Sirtu adalah sebagai bahan bangunan dan pembuatan jalan.
Lempung
Endapan Lempung tersebar di berbagai daerah antara lain di Ampenan Kota Mataram; Narmada, Gerung, Sekotong Kabupaten Lombok Barat; Praya Barat, Praya Timur, Sengkol, Pujut Kabupaten Lombok Tengah; Terara Kabupaten Lombok Timur; Dompu Kabupaten Dompu. Potensi sumber daya yang diketahui sebanyak 538.745.025 ton. Pemanfaatan Lempung dapat digunakan untuk bahan dasar industri semen dan keramik.
Sirtu
Endapan Sirtu tersebar di beberapa daerah kecamatan antara lain Ampenan Kota Mataram; Narmada, Labuapi, Gunungsari, Gerung Kabupaten Lombok Barat; Batukliang, Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah; Aikmel, Selong, Sakra Kabupaten Lombok Timur; Alas, Taliwang, Moyo Hilir, Lape Lopok, Lenangguar, Plampang Kabupaten Sumbawa; Jereweh Kabupaten Sumbawa Barat; Dompu, Hu’u, Kempo Kabupaten Dompu; Wera, Sape, Monta Kabupaten Bima; dan RasanaE Kota Bima. Potensi sumber daya secara keseluruhan 22.303.200 ton. Pemanfaatan Sirtu adalah sebagai bahan bangunan dan pembuatan jalan.
Lempung
Endapan Lempung tersebar di berbagai daerah antara lain di Ampenan Kota Mataram; Narmada, Gerung, Sekotong Kabupaten Lombok Barat; Praya Barat, Praya Timur, Sengkol, Pujut Kabupaten Lombok Tengah; Terara Kabupaten Lombok Timur; Dompu Kabupaten Dompu. Potensi sumber daya yang diketahui sebanyak 538.745.025 ton. Pemanfaatan Lempung dapat digunakan untuk bahan dasar industri semen dan keramik.
Andesit - Dasit - Diorit
Bahan galian ini berupa komponen breksi dari endapan piroklastik lava dan intrusi terdapat di kecamatan Gerung, Sekotong, Bayan Kabupaten Lombok Barat, Praya Barat, Pujut Janapria, Praya Timur, Batukliang, Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah, Terara, Sakra, Masbagik, Pringgabaya, Sambelia, Selong, Keruak Kabupaten Lombok Timur, Taliwang, Plampang, Sumbawa Besar, Lape Lopok, Batulanteh Kabupaten Sumbawa, Hu’u, Dompu Kabupaten Dompu, RasanaE, Belo, Sape Kabupaten Bima.
Potensi sumber daya secara keseluruhan diperkirakan sebanyak 1,750.571.604 ton. Pemanfaatan Batuan Andesit adalah untuk bahan bangunan dan pembuatan jalan.
Bahan galian ini berupa komponen breksi dari endapan piroklastik lava dan intrusi terdapat di kecamatan Gerung, Sekotong, Bayan Kabupaten Lombok Barat, Praya Barat, Pujut Janapria, Praya Timur, Batukliang, Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah, Terara, Sakra, Masbagik, Pringgabaya, Sambelia, Selong, Keruak Kabupaten Lombok Timur, Taliwang, Plampang, Sumbawa Besar, Lape Lopok, Batulanteh Kabupaten Sumbawa, Hu’u, Dompu Kabupaten Dompu, RasanaE, Belo, Sape Kabupaten Bima.
Potensi sumber daya secara keseluruhan diperkirakan sebanyak 1,750.571.604 ton. Pemanfaatan Batuan Andesit adalah untuk bahan bangunan dan pembuatan jalan.
Sebaran Batugamping terdapat di
berbagai wilayah kecamatan, yaitu Sekotong Kabupaten Lombok Barat, Pujut, Praya
Barat Kabupaten Lombok Tengah, Keruak Lombok Timur, Seteluk, Jereweh, Taliwang,
Moyohulu, Sumbawa, Alas Kabupaten Sumbawa. Dompu Kabupaten Dompu, Belo, Wera,
Monta, Sape Kabupaten Bima.
Potensi sumber daya Batugamping diperkirakan sebanyak 1.453.950.903 ton dengan kisaran kandungan CaO: 40 - 55%, MgO 0,55 - 1,05%. Pemanfaatan Batugamping untuk industri, konstruksi, pertanian, bahan pembuat semen, dan lain-lain.
Potensi sumber daya Batugamping diperkirakan sebanyak 1.453.950.903 ton dengan kisaran kandungan CaO: 40 - 55%, MgO 0,55 - 1,05%. Pemanfaatan Batugamping untuk industri, konstruksi, pertanian, bahan pembuat semen, dan lain-lain.
Batuapung
Sebaran endapan Batuapung terdapat
di kecamatan Bayan, Tanjung, Narmada, Gangga Kabupaten Lombok Barat;
Pringgarata, Kopang, Batukliang Kabupaten Lombok Tengah; Selong, Terara,
Masbagik, Sukamulia, Sakra Kabupaten Lombok Timur.
Potensi Sumber daya Batuapung diperkirakan sebanyak 44.581.539 ton. Pemanfaatan Batuapung untuk bahan pencuci tekstil, filler, abrasive dan bahan bangunan.
Fosfat
Endapan Fosfat hanya terdapat di daerah Gua Bengkang, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Endapan berupa hasil kotoran kelelawar yang terdapat dalam gua batugamping. Potensinya diperkirakan sebanyak 21 ton dalam area seluas 236 m2, termasuk kategori kadar rendah yaitu 7,2% P2O5. Pemanfaatan Fosfat untuk industri deterjen dan industri kimia lainnya seperti pupuk.
Potensi Sumber daya Batuapung diperkirakan sebanyak 44.581.539 ton. Pemanfaatan Batuapung untuk bahan pencuci tekstil, filler, abrasive dan bahan bangunan.
Fosfat
Endapan Fosfat hanya terdapat di daerah Gua Bengkang, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Endapan berupa hasil kotoran kelelawar yang terdapat dalam gua batugamping. Potensinya diperkirakan sebanyak 21 ton dalam area seluas 236 m2, termasuk kategori kadar rendah yaitu 7,2% P2O5. Pemanfaatan Fosfat untuk industri deterjen dan industri kimia lainnya seperti pupuk.
Kaolin
Sebaran endapan Kaolin terdapat di Belinje, Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah dan Taliwang, Seteluk Kabupaten Sumbawa. Potensi sumber daya yang telah diketahui diperkirakan sebanyak 10.117.123 ton dengan kandungan A12O3 (17 %), Fe2O3 (1,27 %) dan SiO2 (71 %). Pemanfaatan Kaolin untuk bahan baku industri keramik.
Tras
Endapan tras tersebar di Kecamatan Gangga, Bayan, Narmada, Kabupaten Lombok Barat, Pringgarata, Batukliang, Kopang Kabupaten Lombok Tengah, Selong, Aikmel, Masbagik Kabupaten Lombok Timur.
Potensi sumber daya diperkirakan sebanyak 407.109.622 ton. Pemanfaatan Tras yang bermutu baik dapat digunakan sebagai bahan baku semen pozolan atau pembuatan batako dan pasir adukan.
Sebaran endapan Kaolin terdapat di Belinje, Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah dan Taliwang, Seteluk Kabupaten Sumbawa. Potensi sumber daya yang telah diketahui diperkirakan sebanyak 10.117.123 ton dengan kandungan A12O3 (17 %), Fe2O3 (1,27 %) dan SiO2 (71 %). Pemanfaatan Kaolin untuk bahan baku industri keramik.
Tras
Endapan tras tersebar di Kecamatan Gangga, Bayan, Narmada, Kabupaten Lombok Barat, Pringgarata, Batukliang, Kopang Kabupaten Lombok Tengah, Selong, Aikmel, Masbagik Kabupaten Lombok Timur.
Potensi sumber daya diperkirakan sebanyak 407.109.622 ton. Pemanfaatan Tras yang bermutu baik dapat digunakan sebagai bahan baku semen pozolan atau pembuatan batako dan pasir adukan.
Toseki
Sebaran Toseki terdapat di Kecamatan Hu’u Kabupaten Dompu dan Tonggotata, Kecamatan Sape Kabupaten Bima. Potensi yang diketahui sekitar 846.501 ton. Umumnya dimanfaatkan untuk glasir dalam industri keramik.
Sebaran Toseki terdapat di Kecamatan Hu’u Kabupaten Dompu dan Tonggotata, Kecamatan Sape Kabupaten Bima. Potensi yang diketahui sekitar 846.501 ton. Umumnya dimanfaatkan untuk glasir dalam industri keramik.
Gipsum
Sebaran endapan Gipsum terdapat di Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Keruak Kabupaten Lombok Timur, Taliwang, Alas, Ropang Kabupaten Sumbawa, Sape, Monta Kabupaten Bima. Potensi sumber daya yang diketahui sebanyak 477 ton. Pemanfaatan komoditi ini untuk bahan interior dan kedokteran.
Sebaran endapan Gipsum terdapat di Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Keruak Kabupaten Lombok Timur, Taliwang, Alas, Ropang Kabupaten Sumbawa, Sape, Monta Kabupaten Bima. Potensi sumber daya yang diketahui sebanyak 477 ton. Pemanfaatan komoditi ini untuk bahan interior dan kedokteran.
Zeolit
Sebaran endapan Zeolit terdapat di bukit Batuboka dan Gunung Tebui Kecamatan Praya Barat, Kabupaten Lombok Tengah dan Gunung Tebola, Moyo Hulu, Kabupaten Sumbawa. Potensi yang diketahui sebanyak 191.405 ton. Pemanfaatan komoditi Zeolit antara lain untuk makanan ternak, penjernih minyak goreng/air dan untuk batu hias.
Kalsit
Endapan Kalsit ditemukan di Ketapang dan Mencanggah, Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat. Potensi sumber daya yang diketahui sebanyak 6.293.438 ton dengan mutu baik sebagai bahan pemutih.
Sebaran endapan Zeolit terdapat di bukit Batuboka dan Gunung Tebui Kecamatan Praya Barat, Kabupaten Lombok Tengah dan Gunung Tebola, Moyo Hulu, Kabupaten Sumbawa. Potensi yang diketahui sebanyak 191.405 ton. Pemanfaatan komoditi Zeolit antara lain untuk makanan ternak, penjernih minyak goreng/air dan untuk batu hias.
Kalsit
Endapan Kalsit ditemukan di Ketapang dan Mencanggah, Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat. Potensi sumber daya yang diketahui sebanyak 6.293.438 ton dengan mutu baik sebagai bahan pemutih.
Marmer
Endapan marmer terdapat di Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat, Belo, Monta, Sape, RasanaE Kabupaten Bima. Potensi sumber daya marmer yang telah diketahui sebanyak 7.504.403.125 ton mutu baik dengan kuat tekan antara 700-900 kg/m. Marmer dapat dipakai sebagai lantai dan batu hias/tempel.
Tabel 2.3: Potensi Marmer di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Endapan marmer terdapat di Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat, Belo, Monta, Sape, RasanaE Kabupaten Bima. Potensi sumber daya marmer yang telah diketahui sebanyak 7.504.403.125 ton mutu baik dengan kuat tekan antara 700-900 kg/m. Marmer dapat dipakai sebagai lantai dan batu hias/tempel.
Tabel 2.3: Potensi Marmer di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Kabupaten
|
Lokasi
|
Total (M³)
|
Kabupaten Lombok Barat
|
1. Baturimpang, Kecamatan Gerung
2. Sekotiong Barat, Kecamatan Gerung |
4.383
1.314.024 |
Kabupaten Bima
|
1. Sumi, Kecamatan Sape
2. Ncera, Kecamatan Belo 3. Simpasai, Kecamatan Monta 4. Kampung Kumbe 5. Kaleo, Kecamatan Sape |
7.578.123
637.500 6.000.000 95.999.500 19.235.000 |
Kabupaten Dompu
|
1. Doro Tengga, Kecamatan Dompu2.
2. Desa Katua |
708.750.000
200.000.000 |
Perlit
Endapan Perlit hanya terdapat di Doro Donggomasa, Kecamatan Sape Kabupaten Bima. Potensi sumber daya diperkirakan sebanyak 10.000.000 ton. Mutu endapan Perlit belum dilakukan pemeriksaan yang terinci. Pemanfaatan bahan galian ini dapat dipakai sebagai campuran agregat beton ringan dan partisi peredam suara.
Kalsedon
Bentuk endapan Kalsedon berbongkah-bongkah. Sebarannya terdapat di Doropapa, Doro Keri dan Desa Boke, Kecamatan Sape, Kabupaten Bima. Potensi sumber daya yang telah diketahui sebanyak 38.828 ton. Pemanfaatan bahan galian ini dapat dipakai sebagai bahan gelas dan setengah permata.
Belerang
Sebaran endapan Belerang terdapat di kawasan Gunung Rinjani, Kokok Putih. Potensi yang diketahui adalah sebanyak 927 ton dengan kandungan Belerang antara
Batu Silika
Bentuk endapan Batu Silika umumnya berupa bongkah-bongkah. Endapan ini terdapat di Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat, Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Keruak, Kabupaten Lombok Timur, Taliwang, Plampang, Lape, Moyo Hulu Kabupaten Sumbawa, Sape, Belo, Wawo Kabupaten Bima. Potensi sumber daya ini diketahui sebanyak 8,353,577 ton. Bahan galian ini dapat dipakai sebagai bahan baku Semen Portland atau Silika Flux.
Bentuk endapan Batu Silika umumnya berupa bongkah-bongkah. Endapan ini terdapat di Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat, Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Keruak, Kabupaten Lombok Timur, Taliwang, Plampang, Lape, Moyo Hulu Kabupaten Sumbawa, Sape, Belo, Wawo Kabupaten Bima. Potensi sumber daya ini diketahui sebanyak 8,353,577 ton. Bahan galian ini dapat dipakai sebagai bahan baku Semen Portland atau Silika Flux.
Tanah Urug
Sebaran Tanah Urug terdapat di Kecamatan Gerung, Gunungsari, Narmada Kabupaten Lombok Barat, Meraran Kecamatan Seteluk, Kabupaten Sumbawa. Potensi sumber daya bahan galian ini sebanyak 10.829.400 ton. Dapat dipakai untuk keperluan bangunan.
Sebaran Tanah Urug terdapat di Kecamatan Gerung, Gunungsari, Narmada Kabupaten Lombok Barat, Meraran Kecamatan Seteluk, Kabupaten Sumbawa. Potensi sumber daya bahan galian ini sebanyak 10.829.400 ton. Dapat dipakai untuk keperluan bangunan.
POTENSI SUMBER DAYA ENERGI DAN
KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA
Pembangunan ketenagalistrikan di NTB diarahkan untuk diversifikasi pemanfaatan energi primer pembangkit tenaga listrik, baik fosil maupun non fosil dalam rangka mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya untuk menunjang pembangunan yang berkelanjutan.
Program diversifikasi pemanfaatan energi primer untuk pembangkit tenaga listrik dalam rangka meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan dan memberi kesempatan kepada usaha kecil dan koperasi, berpartisipasi dalam usaha pembangkitan tenaga listrik serta untuk mendorong industri penunjang tenaga listrik dalam negeri. Pembangkit Skala Kecil Tersebar (PSKT) yaitu dengan jumlah daya terpasang maksimum 1 MW yang memanfaatkan sumber energi terbarukan (mikrohidro, biomassa, panas bumi, surya, dan angin), penting untuk dikembangkan.
=Sumber Daya Energi Minyak Bumi Dan Kemungkinan Pengembangannya
Kotrak bagi hasil perminyakkan oleh BP Exploration – Pertamina, operator Gulf Resources Ltd. Wilayah kerja off Shore Sakala, luas wilayah kerja 10.320 km2, tanggal penandatanganan 11 Januari 1991 Persetujuan Presiden nomor/tanggal : 448/Pres/12/1990, 31 Desember 1990.
Pengilangan
Rencana pembangunan kilang minyak di Taliwang, Kabupaten Sumbawa oleh Mayhill Indonesia Trading and Services Limited kapasitas 125 MBSD, Perizinan Persetujuan BKPM nomor 863/I/PMA/2000 dengan masa berlaku sampai dengan tanggal 26 September 2003. Invenstasi kilang minyak sebesar 20 triliun (Lombok Post, rabu 14 Pembruari 2001).
Pembangunan ketenagalistrikan di NTB diarahkan untuk diversifikasi pemanfaatan energi primer pembangkit tenaga listrik, baik fosil maupun non fosil dalam rangka mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya untuk menunjang pembangunan yang berkelanjutan.
Program diversifikasi pemanfaatan energi primer untuk pembangkit tenaga listrik dalam rangka meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan dan memberi kesempatan kepada usaha kecil dan koperasi, berpartisipasi dalam usaha pembangkitan tenaga listrik serta untuk mendorong industri penunjang tenaga listrik dalam negeri. Pembangkit Skala Kecil Tersebar (PSKT) yaitu dengan jumlah daya terpasang maksimum 1 MW yang memanfaatkan sumber energi terbarukan (mikrohidro, biomassa, panas bumi, surya, dan angin), penting untuk dikembangkan.
=Sumber Daya Energi Minyak Bumi Dan Kemungkinan Pengembangannya
Kotrak bagi hasil perminyakkan oleh BP Exploration – Pertamina, operator Gulf Resources Ltd. Wilayah kerja off Shore Sakala, luas wilayah kerja 10.320 km2, tanggal penandatanganan 11 Januari 1991 Persetujuan Presiden nomor/tanggal : 448/Pres/12/1990, 31 Desember 1990.
Pengilangan
Rencana pembangunan kilang minyak di Taliwang, Kabupaten Sumbawa oleh Mayhill Indonesia Trading and Services Limited kapasitas 125 MBSD, Perizinan Persetujuan BKPM nomor 863/I/PMA/2000 dengan masa berlaku sampai dengan tanggal 26 September 2003. Invenstasi kilang minyak sebesar 20 triliun (Lombok Post, rabu 14 Pembruari 2001).
Potensi Energi Panas Bumi
Potensi panas bumi di NTB terdapat di tiga lokasi pada lingkungan gunung berapi, yaitu Sembalun Kabupaten Lombok Timur, Maronge Kabupaten Sumbawa dan Hu’u Kabupaten Dompu.
Jumlah potensi panas bumi pada ketiga daerah tersebut mencapai sekitar 144 Mega Watt equivalent (Mwe) yang terdiri atas potensi hipotetik (± 74 Mwe), dan kemungkinan potensi (± 70 Mwe). Manifestasi yang ditunjukkan daerah tersebut setelah melalui pengukuran temperatur permukaan berkisar antara 350 C - 820 C. Potensi panas bumi terbesar berada pada Lapangan Panas Bumi Sembalun, yang mampu digunakan untuk pembangkit listrik skala kecil.
Adapun tiga lokasi potensi panasbumi NTB yakni :
Potensi panas bumi di NTB terdapat di tiga lokasi pada lingkungan gunung berapi, yaitu Sembalun Kabupaten Lombok Timur, Maronge Kabupaten Sumbawa dan Hu’u Kabupaten Dompu.
Jumlah potensi panas bumi pada ketiga daerah tersebut mencapai sekitar 144 Mega Watt equivalent (Mwe) yang terdiri atas potensi hipotetik (± 74 Mwe), dan kemungkinan potensi (± 70 Mwe). Manifestasi yang ditunjukkan daerah tersebut setelah melalui pengukuran temperatur permukaan berkisar antara 350 C - 820 C. Potensi panas bumi terbesar berada pada Lapangan Panas Bumi Sembalun, yang mampu digunakan untuk pembangkit listrik skala kecil.
Adapun tiga lokasi potensi panasbumi NTB yakni :
1.
|
Lapangan Panas Bumi Sembalun,
terletak antara 115°45’00”-119°25’00” BT; 8°05’00”- 9°10’15” LS.
Manifestasinya berupa sumber air panas dan alterasi. Ketiga sumber air panas
yaitu: Aik Kukusan, Aik Kalak dan Aik Sebu yang muncul di luar dinding
kaldera Sembalun pada batuan lava, sedangkan alterasi berada di dalam dinding
kaldera dekat hulu sungai Orok.
|
2.
|
Lapangan panasbumi Maronge,
terletak antara 117°13’30” -121° 37’30” BT dan 8° 40’00’-8° 27’00’ LS.
Manifestasi panas bumi dipermukaan berupa airpanas dengan suhu 35-86°C,
lapangan solfatar, fomarol dan tanah panas, perkiraan suhu bawah permukaan
berdasarkan Na/Li Geothermometer berkisar antara 150-200°C.
|
3.
|
Lapangan Panasbumi Hu’u, terletak
pada koordinat 118°.30’.00” BT. -8°.50’.00” LS. Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa Geologi daerah panasbumi Hu’u terletak dalam jalur
gunungapi Tersier bersusun basalt, andesit dan dasit. Interprestasi hasil
pengukuran Sounding menunjukan suatu aktivitas panasbumi yang kuat di bawah
permukaan. Apabila sumua lapisan konduktif dari true resistivity ternyata
benar disebabkan oleh pengaruh panas di bawah permukaan, maka daerah yang
dapat dianggap potensial diperkirakan 60 km2.
|
Tabel 2.4: Potensi Panasbumi NTB
No
|
LOKASI
|
Hipotetik
(Mwe) |
Prospek
(Mwe) |
Suhu
Reservoir (°C) |
TYPE
AIR PANAS |
1.
|
Sembalun Kabupaten Lotim (3 lok)
- 8 ° 24'00" LS - 116° 30'00" BT
|
200
|
2,8 X 10 19 Joule
|
112 – 250
|
H 2SO 4, HCl, SO 4 Sulfat
|
2.
|
Hu'u, Dompu (2 lok) 8 °
50'00" LS - 118° 30'00" BT
|
50
|
-
|
75 – 100
|
Bikar-bonat
|
3.
|
Maronge, Kab Sumbawa (2 lok)
8°41'50" LS - 117° 43'00" BT
|
50
|
-
|
99 – 102
|
Bikar-bonat
|
Jumlah
|
300
|
Sumber: Dit. Inventarisasi Sumber
daya Mineral, DGSM tahun 2002
Kemungkinan Pengembangan
Berdasarkan pengalaman dari keberhasilan Pertamina, banyak investor swasta yang ingin melakukan investasi, namun perlu pengkajian kembali pola pengusahaan panas bumi untuk mencari bentuk regulasi yang lebih tepat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Kemungkinan Pengembangan
Berdasarkan pengalaman dari keberhasilan Pertamina, banyak investor swasta yang ingin melakukan investasi, namun perlu pengkajian kembali pola pengusahaan panas bumi untuk mencari bentuk regulasi yang lebih tepat dan dapat dipertanggungjawabkan.
=Sumber Daya Energi Air dan Kemungkinan Pengembangannya
Potensi Energi Air
Salah satu solusi menghadapi masalah
kelistrikan terutama di daerah perdesaan adalah pembangkit listrik tenaga air
skala mikro. Pemerintah Provinsi NTB telah memulai kegiatan pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) sejak akhir dasawarsa 80-an.
Sampai saat ini telah dibangun delapan unit PLTMH dalam rangka program
ketenagalistrikan perdesaan.
Pada beberapa daerah irigasi, secara bertahap telah dibangun PLTMH menggunakan air irigasi, misalnya di Keru Lombok Barat dengan kapasitas masing-masing 30 Kw dan 35 Kw dengan jumlah konsumen 365 kepala keluarga (KK) yang tersebar di beberapa dusun di Desa Sedau Lombok Barat dan Desa Pemepek Lombok Tengah. Di sekitar lokasi ini yakni di dusun Selenai masih dimungkinkan untuk membangun 1 (satu) buah PLTMH yang dapat dipadukan dengan energi angin atau kincir angin (Hybrid technology).
Pada beberapa daerah irigasi, secara bertahap telah dibangun PLTMH menggunakan air irigasi, misalnya di Keru Lombok Barat dengan kapasitas masing-masing 30 Kw dan 35 Kw dengan jumlah konsumen 365 kepala keluarga (KK) yang tersebar di beberapa dusun di Desa Sedau Lombok Barat dan Desa Pemepek Lombok Tengah. Di sekitar lokasi ini yakni di dusun Selenai masih dimungkinkan untuk membangun 1 (satu) buah PLTMH yang dapat dipadukan dengan energi angin atau kincir angin (Hybrid technology).
Kemungkinan Pengembangannya
Sumber daya air mempunyai potensi yang cukup besar untuk menunjang kebutuhan sektor listrik. Peran PLTA/PLTMikrohidro sebagai penunjang pembangkit yang ada masih berpotensi untuk dikembangkan, namun biaya investasi PLTA/PLTM sangat besar, waktu pembangunan cukup lama sehingga harus dilakukan perencanaan yang mantap.
Tabel 2.5: Potensi Tenaga Listrik (Hydropower/geothermal)
Sumber daya air mempunyai potensi yang cukup besar untuk menunjang kebutuhan sektor listrik. Peran PLTA/PLTMikrohidro sebagai penunjang pembangkit yang ada masih berpotensi untuk dikembangkan, namun biaya investasi PLTA/PLTM sangat besar, waktu pembangunan cukup lama sehingga harus dilakukan perencanaan yang mantap.
Tabel 2.5: Potensi Tenaga Listrik (Hydropower/geothermal)
Location
|
Capacity
(MW)
|
Load
Center
|
PLTA Beburung
|
20,4
|
Lobar – Lotim
|
PLTA Brang Beh
|
103,5
|
Sumbawa
|
PLTA Brang Rhee
|
16
|
Sumbawa
|
PLTM Kokok Putih
|
7,5
|
Lobar – Lotim
|
PLTM Pekatano
|
68
|
Lombok Barat
|
PLTM Muntur
|
2,8
|
Sumbawa
|
PLTP Sembalun
|
39
|
Lombok Timur
|
PLTP Maronge
|
6
|
Sumbawa
|
PLTP Hu’u
|
36
|
Dompu
|
Sumber : PLN (Persero) NTB th. 2003
Potensi Energi AnginPotensi energi angin cukup memadai, karena kecepatan angin rata-rata berkisar 3,5 - 7 meter perdetik. Pusat Listrik Tenaga Angin yang sudah direalisasikan sebesar 7 KW (7 unit) merupakan percontohan dari LAPAN.
Dari studi-studi yang telah dilakukan, di Pulau Lombok terdapat potensi energi angin sebesar ± 60 KW (dengan asumsi masing-masing lokasi dibangun 10 unit) sedangkan Pulau Sumbawa potensi energi angin sebesar ± 40 KW (dengan asumsi masing-masing lokasi dibangun 10 unit).
Kemungkinan Pengembangannya
Kecepatan angin rata-rata di Wilayah NTB sekitar 4,0 m/s pada ketinggian 15-24 meter dari permukaan tanah. Dengan kecepatan angin tersebut didapatkan pemanfaatan angin rata-rata sekitar 8 - 9 jam per hari (3000 jam/tahun).
Tabel 2.6: Energi Angin
Kecepatan angin rata-rata di Wilayah NTB sekitar 4,0 m/s pada ketinggian 15-24 meter dari permukaan tanah. Dengan kecepatan angin tersebut didapatkan pemanfaatan angin rata-rata sekitar 8 - 9 jam per hari (3000 jam/tahun).
Tabel 2.6: Energi Angin
No.
|
LOKASI
|
Kecepatan
Rata-rata (m/dtk)
|
Unit
|
Kaps
(Watt)
|
Total
Kaps. (watt)
|
1
|
Dusun Selayar
Desa Gelanggang, Kabupaten Lotim |
3
- 7,5
|
7
|
1000
|
7000
|
2
|
Pulau Ketapang, Labuan Sangar
Pelampang
|
3
- 5
|
|||
3
|
Soriutu Kec. Manggelewa Kabupaten
Dompu
|
3
- 5
|
Sumber : Lapan, DPE NTB
Efisiensi pembangkit 45%, harga
konstruksi sebesar US$ 1200 /kWh (Nadjamuddin, 1999), umur teknis 20 tahun,
biaya operasi dan pemeliharaan 2% dari investasi dan bunga sebesar 12%.
= Sumber Daya Energi Matahari Dan
Kemungkinan Pengembangannya
Potensi Energi Matahari (Solar
System)
Peluang pengembangan potensi energi matahari lebih tinggi dan ekonomis dibandingkan dengan energi listrik tenaga diesel. Hal ini dicirikan oleh penyinaran matahari yang hampir rata-rata diatas 50 % setiap bulannya sehingga memiliki kualitas dan intesitas energi potensial yakni 4,51 watt/m2/jam.
Peluang pengembangan potensi energi matahari lebih tinggi dan ekonomis dibandingkan dengan energi listrik tenaga diesel. Hal ini dicirikan oleh penyinaran matahari yang hampir rata-rata diatas 50 % setiap bulannya sehingga memiliki kualitas dan intesitas energi potensial yakni 4,51 watt/m2/jam.
Kemungkinan Pengembangan
Kondisi geografis Indonesia yang banyak memiliki daerah terpencil sulit dihubungkan dengan jaringan listrk PLN, dan sebagai negara tropis Indonesia mempunyai potensi energi surya yang tinggi.
Kondisi geografis Indonesia yang banyak memiliki daerah terpencil sulit dihubungkan dengan jaringan listrk PLN, dan sebagai negara tropis Indonesia mempunyai potensi energi surya yang tinggi.
Tabel 2.7: Potensi Energi Matahari
NTB
No.
|
LOKASI
|
Radiasi
kwh/m 2 /hari
|
UNIT
|
TOTAL
KAPASITAS WATT |
THN
|
LOMBOK
BARAT
|
|||||
1
|
Desa Buwun Mas
|
4,51
|
75
|
4,125
|
98/99
|
2
|
Desa Pelangan
|
4,51
|
85
|
4,675
|
99/00
|
3
|
Desa Buwun Mas
|
4,51
|
36
|
1,980
|
2001
|
Sub
Total
|
196
|
10,780
|
|||
LOMBOK TENGAH
|
|||||
1
|
Tersebar di 10 Desa pada
masjid-masjid
|
10
|
500
|
2002
|
|
SUMBAWA
|
|||||
4
|
Ds.Senawang, Lunyuk
|
4,51
|
60
|
3,000
|
96/97
|
5
|
Ds. Mungkin, Lunyuk
|
4,51
|
120
|
6,000
|
97/98
|
6
|
Ds Pelat, Sumbawa
|
4,51
|
51
|
2,805
|
2000
|
7
|
Desa Bakat Monte
|
4,51
|
135
|
7,425
|
2001
|
8
|
Desa Bakat Monte
|
4,51
|
17
|
935
|
2001
|
Sub
Total
|
383
|
20,165
|
|||
DOMPU
|
|||||
9
|
Ds, Sorinomo, Pekat
|
4,51
|
40
|
2,000
|
94/95
|
Sub
Total
|
40
|
2,000
|
|||
BIMA
|
|||||
10
|
Bajo Pulau Kec. Pekat
|
4,51
|
50
|
2,500
|
95/96
|
TOTAL
|
639
|
35,945
|
Sumber: Distamben Prov. NTB, diolah.
2003
Hal ini terlihat dari radiasi harian yaitu sebesar 4,5 – 5,0 kWh/m2/hari. Berarti prospek penggunaan fotovoltaik dimasa mendatang cukup cerah.
Hal ini terlihat dari radiasi harian yaitu sebesar 4,5 – 5,0 kWh/m2/hari. Berarti prospek penggunaan fotovoltaik dimasa mendatang cukup cerah.
= Sumber Daya Energi Biomassa Dan
Kemungkinan Pengembangannya
Energi Biomasa
Biomassa/biogas merupakan proses pembentukan gas yang mudah terbakar (gas methana CH4, Karbondioksida CO2, Hidrogen Sulfida H2S dan Amoniak NH3), yang dihasilkan dari limbah kotoran ternak/manusia, limbah industri/kota, pertanian dan peternakan melalui proses fermentasi biologi. Proses pembentukan biogas merupakan proses fermentasi anaerobik yang menggunakan mikroba anaerobik sebagai media pencerna, sehingga dihasilkan biogas dan sel-sel mikroba baru.
Tabel 2.8: Data potensi biomassa hewan dan tanaman
Biomassa/biogas merupakan proses pembentukan gas yang mudah terbakar (gas methana CH4, Karbondioksida CO2, Hidrogen Sulfida H2S dan Amoniak NH3), yang dihasilkan dari limbah kotoran ternak/manusia, limbah industri/kota, pertanian dan peternakan melalui proses fermentasi biologi. Proses pembentukan biogas merupakan proses fermentasi anaerobik yang menggunakan mikroba anaerobik sebagai media pencerna, sehingga dihasilkan biogas dan sel-sel mikroba baru.
Tabel 2.8: Data potensi biomassa hewan dan tanaman
No.
|
Kabupaten
|
Sapi
(ekor)
|
Kerbau
(ekor)
|
Kuda
(ekor)
|
Padi (Ton)
|
Kelapa
(Ton) |
1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. |
Kodya Mataram
Lombok Barat Lombok Tengah Lombok Timur Sumbawa Dompu Bima |
1.324
85.821 73.196 62.008 65.160 29.372 58.089 |
246
5.361 12.298 3.668 99.956 12.377 29.966 |
22.259
5.711 5.838 7.861 34.966 4.840 10.619 |
16.643
163.348 328.715 281.024 267.152 87.524 181.173 |
214,22
23..787,17 9.384,00 8.925,00 2.823,40 752,43 506,36 |
Jumlah
|
374.970
|
163.870
|
92.094
|
1.325.579
|
46.92,58
|
Kemungkinan Pengembangan
Pemanfaatan biogas sudah lama diterapkan khususnya di Indonesia, yang diterapkan sebagai energi alternatif untuk pemenuhan kebutuhan energi khusus di perdesaan. Namun sampai saat ini di NTB Digester Biogas belum dimanfaatkan secara optimal dan baru dalam tahap inventarisasi potensi. Potensi biomassa terabaikan ini perlu dikembangkan untuk mendapatkan tambahan energi di pedesaan, selain potensi yang cukup besar juga salah satu cara mengatasi permasalahan kotoran/persampahan.
Pemanfaatan biogas sudah lama diterapkan khususnya di Indonesia, yang diterapkan sebagai energi alternatif untuk pemenuhan kebutuhan energi khusus di perdesaan. Namun sampai saat ini di NTB Digester Biogas belum dimanfaatkan secara optimal dan baru dalam tahap inventarisasi potensi. Potensi biomassa terabaikan ini perlu dikembangkan untuk mendapatkan tambahan energi di pedesaan, selain potensi yang cukup besar juga salah satu cara mengatasi permasalahan kotoran/persampahan.
Pembangunan ketenagalistrikan
diarahkan agar sektor ketenagalistrikan dapat mandiri dalam pendanaan, efisien
dalam pengusahaan dan transparan dalam pengaturan.
Selama kurun waktu 1995 hingga 2003, kebutuhan tenaga listrik di Provinsi NTB naik dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 11 % per tahun, sedangkan laju pertumbuhan ekonomi NTB dalam kurun waktu tersebut diatas yang tercermin pada nilai rata-rata Produk Domestik Regional Brutto (PDRB) sebesar 7,0 %, sehingga masih berada pada keseimbangan pertumbuhan ketenagalistrikan.
Kondisi kelistrikan NTB sebagai berikut
Tabel 2.9: Data pengusahaan Kelistrikan di Provinsi NTB
Selama kurun waktu 1995 hingga 2003, kebutuhan tenaga listrik di Provinsi NTB naik dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 11 % per tahun, sedangkan laju pertumbuhan ekonomi NTB dalam kurun waktu tersebut diatas yang tercermin pada nilai rata-rata Produk Domestik Regional Brutto (PDRB) sebesar 7,0 %, sehingga masih berada pada keseimbangan pertumbuhan ketenagalistrikan.
Kondisi kelistrikan NTB sebagai berikut
Tabel 2.9: Data pengusahaan Kelistrikan di Provinsi NTB
No
|
Uraian
|
Satuan
|
Satuan Cabang
|
KLP Sinar Rinjani
|
NTB
|
||
Mataram
|
Sumbawa
|
Bima
|
|||||
1.
|
Daya Terpasang
|
KW
|
113.681
|
28.427
|
24.512
|
10.346
|
166.620
|
2.
|
Daya Mampu
|
KW
|
59.060
|
14.085
|
15.365
|
3.240
|
95.461
|
3.
|
Beban Puncak
|
KW
|
69.608
|
13.803
|
14.205
|
4.308
|
96.787
|
4.
|
Jaringan Tegangan Menengah (JTM)
|
Kms
|
1.400.951
|
772,02
|
672.029
|
163.543
|
2.920,47
|
5.
|
Jaringan Tegangan Rendah (JTR)
|
Kms
|
1.471.814
|
65,32
|
650.771
|
77.247
|
2.701,95
|
6.
|
Jumlah Pelanggan
|
Plg
|
158.036
|
65.375
|
69.913
|
16.501
|
330.970
|
7.
|
Va Tersambung
|
VA
|
158.036.888
|
42.970.008
|
43.674.690
|
--
|
244.281.356
|
8.
|
Penjualan
|
KWH
|
246.775.441
|
49.956.347
|
48.068.465
|
--
|
344.997.406
|
9.
|
Jumlah Travo
|
Unit
|
915
|
360
|
330
|
223
|
1.605
|
10.
|
KVA Travo Terpasang
|
KVA
|
95.566
|
23.349
|
23.961
|
8.650
|
142.876
|
11.
|
Rasio Elektrifikasi
|
%
|
37,63
|
76,47
|
5.130
|
--
|
56,77
|
12.
|
Produksi Sendiri
|
KWH
|
308.990.429
|
63.223.303
|
25.055.912
|
9.718
|
433.362.561
|
13.
|
Pemakaian Sendiri
|
KWH
|
8.749.983
|
987.779
|
2.107.362
|
11.845.124
|
|
KWh disalurkan
|
kWh
|
300.240.446
|
62.235.524
|
59.041.467
|
421.517.437
|
||
14.
|
Losess
|
KWH
|
53.465.005
|
12.279.177
|
9.95
|
76.520.031
|
|
15.
|
% Losess
|
%
|
17.81
|
19.73
|
18.25
|
18.15
|
|
16.
|
Desa Berlistrik
|
Desa
|
328
|
148
|
6
|
8
|
668
|
17.
|
Dusun Berlistrik
|
Dusun
|
2.351
|
486
|
72
|
35
|
3.477
|
Sumber: PT. PLN (Persero) 2004, Dinas Pertambangan dan Energi Prov. NTB 2004
Tabel 2.10: Jumlah pengusaha ketenagalistrikan untuk kepentingan sendiri (IUKS)
No.
|
Kabupaten/Kota
|
Jumlah Pengusahaan
|
Total Daya Terpasang (KW)
|
Keterangan
|
1.
|
Lombok Barat
|
33
|
5.024,5
|
|
2.
|
Lombok Tengah
|
1
|
1.000
|
|
3.
|
Lombok Timur
|
2
|
325
|
|
4.
|
Sumbawa
|
2
|
184.345
|
IUKS PT. Newmont N.T.
|
5.
|
Dompu
|
1
|
873
|
|
6.
|
Bima
|
2
|
330
|
|
Total
|
39
|
191.897,5
|
Desa berlistrik NTB tahun 2002 sebesar 97,45 % dan dusun berlistrik sebesar 89,92 % sementara ratio kelistrikan rumah tangga Provinsi NTB tahun 2002 masih relatif cukup rendah yaitu sebesar 42,5 %. Rendahnya ratio kelistrikan akibat dampak belum banyaknya rumah tangga yang terpasang instalasi listrik. Jaringan distribusi PLN sebagian besar sudah melalui desa dan dusun yang ada, namun kemampuan masyarakat dan PT. PLN (Persero) untuk melistriki rumah tangga sangat terbatas. Kondisi ini merupakan tantangan kedepan bagi PT. PLN (Persero), Pemerintah, Investor dan Masyarakat dalam upaya bersama-sama meningkatkan ratio kelistrikan daerah NTB.
Kondisi geografis Provinsi Nusa Tenggara Barat yang merupakan wilayah kepulauan, merupakan salah satu kendala yang tidak memungkinkan untuk mengembangkan pembangunan ketenagalistrikan yang efisien dalam satu sistem jaringan yang utuh. Keberadaan penduduk yang lebih dari 80% di pedesaan dengan pola pemukiman berkelompok dan sangat tersebar mengharuskan kita untuk mengembangkan kebijakan pembangunan ketenagalistrikan spasial dalam satu sistem cluster yang bertumpu pada sumber energi setempat.
Rincian jumlah Dusun berlistrik pada masing-masing Kabupaten/Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat pada tabel berikut:
Tabel 2.11: Listrik Perdesaan NTB
Kabupaten/Kota
|
Dusun
|
Prosentase
(%)
|
|
Berlistrik
|
Belum
Berlistrik
|
||
Kota Mataram
|
247
|
0
|
100,00
|
Lombok Barat
|
490
|
72
|
87,18
|
Lombok Tengah
|
827
|
158
|
83,95
|
Lombok Timur
|
789
|
42
|
94,94
|
Sumbawa
|
461
|
43
|
91,46
|
Dompu
|
169
|
31
|
84,50
|
Kab./Kota Bima
|
421
|
44
|
91,99
|
Total
|
3.454
|
390
|
89,92
|
Sumber : PLN (Persero) tahun 2003
Tabel 2.12: Perkembangan pengusahaan pembangkit IUKS (Non PLN)
No.
|
Pembangkit
|
Daya
Terpasang
|
Daya
Mampu
|
1.
|
PT. Newmont NT
a. Diesel b. Uap |
47.025 MW 137.320 MW |
46.017 MW 136.915 MW |
2.
|
Captive Power
|
25.842
MW
|
20.803
MW
|
3.
|
Air
|
0,206
MW
|
0,165
MW
|
4.
|
Surya
|
0,129
MW
|
0,103
MW
|
5.
|
Angin
|
0,007
MW
|
0,005
MW
|
JUMLAH
|
210.187,342
MW
|
203.735,273
MW
|
Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Prov. NTB tahun 2004
Kemungkinan Pengembangan
Dari hasil prakiraaan, nampak bahwa kebutuhan tenaga listrik yang dapat dipasok oleh PT. PLN (Persero) Wilayah NTB secara keseluruhan mengalami kenaikan selama 10 (sepuluh) tahun yang akan datang atau mengalami pertumbuhan rata rata 4,95% - 7,24% per tahun untuk wilayah Lombok dan 4,67% - 6,95% untuk wilayah Sumbawa dan Bima. Ini berarti, kebutuhan tenaga listrik di NTB akan naik menjadi sekitar 160% pada tahun 2013 untuk skenario low, dan 195% atau hampir dua kali lipat untuk skenario high.
Perkembangan pengusahaan tersebut belum dapat digunakan sebagai acuan permintaan “pasar“ mengingat adanya keterbatasan kemampuan PT. PLN (Persero) dalam pengusahaan pembangkit, jaringan dan harga jual listrik untuk memenuhi permintaan sambungan listrik oleh calon pelanggan. Sebagai gambaran keterbatasan PT. PLN (Persero) bahwa terdapat dalam daftar tunggu calon pelanggan listrik PLN tahun 2002 berkisar 9.000 calon pelanggan.
= Peluang Investasi Sektor Ketenagalistrikan :
• Rencana Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap di P. Lombok dengan kapasitas 2 x 25 MW Indent/Daftar tunggu PLN mencapai 9000 pelanggan
• Investasi kelistrikan tidak hanya oleh PLN
• Peluang kerjasama di bidang energi (Batubara, Migas) dengan daerah lain
• Masih banyak dusun yang belum tersentuh listrik dengan kondisi geografis yang sulit
• Belum dimanfaatkannya Energi Baru dan Terbarukan secara optimal
• Penyediaan tenaga listrik masih mengandalkan tenaga Diesel (PLTD).
Dari hasil prakiraaan, nampak bahwa kebutuhan tenaga listrik yang dapat dipasok oleh PT. PLN (Persero) Wilayah NTB secara keseluruhan mengalami kenaikan selama 10 (sepuluh) tahun yang akan datang atau mengalami pertumbuhan rata rata 4,95% - 7,24% per tahun untuk wilayah Lombok dan 4,67% - 6,95% untuk wilayah Sumbawa dan Bima. Ini berarti, kebutuhan tenaga listrik di NTB akan naik menjadi sekitar 160% pada tahun 2013 untuk skenario low, dan 195% atau hampir dua kali lipat untuk skenario high.
Perkembangan pengusahaan tersebut belum dapat digunakan sebagai acuan permintaan “pasar“ mengingat adanya keterbatasan kemampuan PT. PLN (Persero) dalam pengusahaan pembangkit, jaringan dan harga jual listrik untuk memenuhi permintaan sambungan listrik oleh calon pelanggan. Sebagai gambaran keterbatasan PT. PLN (Persero) bahwa terdapat dalam daftar tunggu calon pelanggan listrik PLN tahun 2002 berkisar 9.000 calon pelanggan.
= Peluang Investasi Sektor Ketenagalistrikan :
• Rencana Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap di P. Lombok dengan kapasitas 2 x 25 MW Indent/Daftar tunggu PLN mencapai 9000 pelanggan
• Investasi kelistrikan tidak hanya oleh PLN
• Peluang kerjasama di bidang energi (Batubara, Migas) dengan daerah lain
• Masih banyak dusun yang belum tersentuh listrik dengan kondisi geografis yang sulit
• Belum dimanfaatkannya Energi Baru dan Terbarukan secara optimal
• Penyediaan tenaga listrik masih mengandalkan tenaga Diesel (PLTD).
dan masih banyak lagi
sumber: http://potensidaerah.ugm.ac.id